Industri 4.0 yang lekat dengan istilah Artificial intelligent, internet of Things, maupun Smart City ini merupakan revolusi Industri keempat dan berfokus pada transformasi digital. Menggabungkan teknologi IT, Mekanik dan Elektroteknik, revolusi Industri 4.0 belakangan mulai menjadi topik hangat dalam bidang teknologi industri sejak dihembuskan pada tahun 2011 silam dalam Hannover Fair di Jerman. Khususnya bagi Indonesia revolusi Industri ini menjadi momen penting untuk mengejar puluhan tahun ketertinggalan dalam bidang teknologi industri yang akhirnya diharapkan mampu meningkatkan perekonomian Indonesia hingga ke sektor terkecil, karena melalui perkembangan industri ini akan memberikan kesempatan lebih besar bagi perusahaan start up, dan mempermudah transfer teknologi dan produksi masal. Perkembangan ini terlihat begitu menjanjikan bagi masa depan Indonesia, namun di sisi lain, muncul pertanyaan: apakah Indonesia sebenarnya sudah siap untuk melakukan loncatan besar ini. Apakah Indonesia sudah siap menanggung segala dampak sosial ekonomi maupun politik, seperti meningkatnya pengangguran akibat otomatisasi Industri, penurunan jumlah pembayar pajak yang artinya berkurangnya anggaran negara, belum lagi mempertimbangkan masih rendahnya tenaga ahli dan keamanan sistem IT.
Untuk menjawab pertanyaan besar ini, IWKZ Wissenschaft mengundang Prof. Hendro Wicaksono, Profesor dalam bidang Teknik Industri yang merupakan ketua grup penelitian INDEED di Jacobs University Bremen, untuk menjadi narasumber acara seminar SCIFI yang diadakan pada 23 Juni 2019. Dalam presentasinya Prof. Hendro menyampaikan bahwa beberapa pemilihan fokus sektor industri oleh pemerintah yaitu sektor otomotif, elektronik dan kimia kurang tepat sasaran, karena industri tersebut bukan merupakan potensi Industri utama di Indonesia. Prof. Hendro justru menyarankan untuk memfokuskan perkembangan industri 4.0 pada sektor pertanian, perikanan, pertambangan, dan renewable energy, karena sektor-sektor ini lebih berdampak luas pada masyarakat terutama masyarakat pedesaan/daerah, serta mengoptimalkan nilai tambah dan efisinsi sumber daya alam pokok Indonesia, juga pengoptimalan peran elemen masyarakat melalui kolaborasi dalam ekosistem. Melalui sektor-sektor tersebut akhirnya akan tercapai peningkatan human skill (bukan human strength) untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, dan terutama membawa Indonesia menjadi leader dalam bidangnya. Selanjutnya, disampaikan oleh Prof. Hendro, peningkatan pendidikan dalam bidang Teknik, enterpreneurship, dan adaptive learning (pembelajaran adaptif) merupakan kunci dari percepatan pertumbuhan Industri Indonesia.
Pada akhirnya, bangsa Indonesia sendiri yang memutuskan dampak seperti apa yang akan dihadapi, namun Indonesia sudah memiliki potensi saing dalam indutri 4.0 ini. Melalui sinergi antar pemerintah, tenaga ahli dan masyarakat desa, start up digital juga UMKM, diiringi dengan pengadaan regulasi digital, kita berharap dengan diterapkannya sistem Industri 4.0 ini mampu mendongkak laju pertumbuhan ekonomi Indonesia kedepannya.